Analisis Jurnal Kebidanan Metodologi Penelitian dan Biostatistik II


WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)
Mata Kuliah
Metodologi Penelitian dan Biostatistik II
Penugasan
Analisis Jurnal
Nama
Aprilita
NIM/Kelas
1810104277 / 7E

Analisis Jurnal 1
No
Keterangan
Pembahasan
1.
Topik
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum
Peneliti : Yekti Satriyandari dan Nena Riski Hariyati Tahun 2017
2.
Gambaran umum kasus
Kejadian Perdarahan Postpartum dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu partus lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan, oksitosin drip, anemia, dan persalinan dengan tindakan
3.
Identifikasi data
Latar belakang :
·   Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 empat penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi 7,3%, dan lainlain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar 35,3% (Kemenkes RI, 2014)
·   Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan.
·   Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat
dibagi menjadi perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab utama perdarahan post partum sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta.
Rumusan Masalah :
 Apakah faktor-faktor yang  mempengaruhi perdarahan postpartum
Metode Penelitian
Desain penelitian Observasional Analitik metode case control dengan pendekatan retrospektif. Populasi adalah semua berkas rekam medis ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul tahun 2015 yaitu sebanyak 2.178. Sampel pada penelitian ini sebanyak 40 kelompok kasus diambil dari berkas rekam medis ibu bersalin dengan perdarahan postpartum dan 40 berkas rekam medis ibu bersalin sebagai kelompok kontrol.
4.
Hasil diskusi yang disesuaikan dengan teori
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
·   Hasil analisis bivariat terdapat tiga variabel
yang memiliki hubungan dengan perdarahan postpartum yaitu paritas (þ-value=0,042, OR=0,351), oksitosin drip (þ-value =0,002, OR=8,222) dan anemia (þ-value =0,016, OR=4,846).
·   Partus lama tidak memiliki risiko terhadap perdarahan postpartum  (OR = 1,000 ; p =1,000 > dari nilai α = 0,05).
Menurut teori Varmey (2007) partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama baik fase aktif memanjang maupun kala II memanjang menimbulkan efek terhadap ibu maupun janin. Terdapat kenaikan terhadap insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok. Partus lama dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot-otot uterus sehingga rahim berkontraksi lemah setelah bayi lahir dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum (Varney, 2007).
·      Faktor paritas menunjukkan bahwa ada hubungan dengan kejadian perdarahan postpartum (p = 0,042 < dari nilai α = 0,05). Menurut Cunningham (2010) mengatakan bahwa paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan postpartum. Paritas lebih dari 4 mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan postpartum karena otot uterus lebih sering meregang sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya menjadi lebih lemah.
·      Faktor peregangan uterus berlebihan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan kejadian perdarahan postpartum (OR = 0,649; p =1,000 > dari nilai α = 0,05). Menurut Varney (2007) penyebab peregangan uterus yang berlebihan antara lain kehamilan ganda, polihidramnion, makrosomia janin (janin besar). Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir sehingga sering menyebabkan perdarahan postpartum pada ibu bersalin. Pada kondisi ini
miometrium renggang dengan hebat sehingga kontraksi setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien (Varney, 2007).  
·      Faktor oksitosin drip menunjukkan bahwa ada hubungan dengan kejadian perdarahan postpartum (OR = 8,222 p =0,002 < dari nilai α = 0,05). Menurut Varney (2007) Stimulasi oksitosin drip dengan tujuan akselerasi pada dosis rendah dapat meningkatkan kekuatan serta frekuensi kontraksi, tetapi pada  pemberian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan tetania uteri terjadi trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan serta inversio uteri. Sedangkan stimulasi oksitosin drip dengan tujuan induksi menyebabkan terjadinya stimulasi berlebihan kepada uterus sehingga mengalami overdistensi (peregangan uterus secara berlebihan) dan menyebabkan terjadinya hipotonia setelah persalinan (Varney,2007).
·      Faktor anemia menunjukkan bahwa ada hubungan dengan kejadian perdarahan postpartum (OR = 4,846 OR > 1; p = 0,016). Menurut Manuaba (2009) risiko perdarahan postpartum meningkat pada wanita bersalin dengan anemia berat, dimana uterus kekurangan oksigen, glukosa dan nutrisi esensial, cenderung bekerja tidak efisien pada semua persalinan, hal inilah yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum semakin meningkat. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk saat kehamilan, pesalinan,dan nifas. Oleh karena itu diperlukan penanganan khusus mengenai masalah anemia pada kehamilan untuk mengurangi risiko terjadinya perdarahan postpartum. Selama hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah merah karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan pada saat bersalin ibu membutuhkan Hb yang cukup untuk memberikan energi agar otot-otot uterus dapat berkontraksi dengan baik sehingga tidak terjadi perdarahan pasca persalinan  (Manuaba, 2009)
·      Faktor persalinan dengan tindakan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan kejadian perdarahan postpartum (OR) =0,429 OR < 1; p = 0,252. Dalam penelitian ini tidak adanya hubungan antara persalinan dengan tindakan dengan perdarahan postpartum disebabkan karena dari total 80 responden hanya sebagian
kecil responden yang mengalami persalinan dengan tindakan yaitu sebanyak 15 responden, dan 65 responden bersalin dengan persalinan tanpa tindakan. Menurut Manuaba (2009) persalinan dengan tindakan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum. Persalinan dengan tindakan diantaranya adalah persalinan tindakan pervaginam yaitu dengan vakum dan forsep, sedangkan tindakan persalinan per abdominal adalah SC. Tindakan pada persalinan baik vaginam maupun abdominal dapat menyebabkan trauma baik pada ibu maupun pada bayi (Manuaba, 2009).

5.
Strategi yang dilakukan
·      Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester. Pada saat pelayanan antenatal baik K1 dan K4 sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (pemeriksaan Hb) pada ibu hamil. Untuk mengantisipasi terjadinya anemia pada kehamilan dan perencanaan serta pencegahan komplikasi.
·      Bagi para ibu hamil dan keluarganya hendaknya menjaga kehamilannya dengan upaya rutin melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal care seperti melakukan pemeriksaan dengan standar 10 T di puskesmas berbasis PONED atau dibidan-bidan yang telah dilatih oleh puskesmas berbasis PONED.
·      Bidan diharapkan berhati-hati dalam memberikan asuhan persalinan ibu bersalin yang memiliki faktor risiko perdarahan postpartum.
6.
Kesimpulan
Ada hubungan antara faktor paritas, oksitosin drip, dan anemia dengan perdarahan postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015. Tidak ada hubungan antara partus lama, peregangan uterus yang berlebihan, dan persalinan dengan tindakan dengan perdarahan postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian perdarahan postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015 adalah faktor oksitosin drip, ibu yang bersalin dengan oksitosin drip berpeluang 18,8 kali mengalami perdarahan postpartum.





Analisis Jurnal 2
No
Keterangan
Pembahasan
1
Topik
Menjaga Genetalia Tetap Kering Dapat Mencegah Kejadian keputihan
Peneliti : Ukhti Mukminah Ilmi Amilia, Dwi Purwanti, Sulistiawati, Gatut Hardianto Tahun 2016
2.
Gambaran umum kasus
Faktor penyebab keputihan adalah adanya jamur akibat keadaan lembab pada genitalia. Perilaku yang mempengaruhi kelembapan genitalia adalah frekuensi ganti celana dalam, pemilihan bahan celana dalam yang menyerap keringat (katun) yang penggunaan celana dalam atau luaran yang longgar, serta kebiasaan mengusap genitalia menggunakan tisu, handuk, atau semacamnya setelah BAB dan BAK.
3.
Identifikasi data
Latar belakang :
·   Keputihan merupakan keadaan keluarnya cairan selain darah haid
melalui liang vagina dengan ciri sebagai berikut warna cairan putih seperti keju lembut, atau berwarna kuning kehijauan, atau berwarna keabu abuan, menimbulkan rasa gatal, berbau tidak sedap seperti ragi roti atau amis
·   Penyebab terjadinya keputihan beragam salah satu diantaranya dikarenakan perawatan genitalia yang kurang tepat. Perawatan
genitalia kurang tepat dapat menyebabkan genitalia menjadi lembab hal ini yang mempermudah timbulnya jamur penyebab
keputihan (candida).
Tujuan penelitian :
Menganalisis hubungan kebiasaan mengeringkan genitalia dengan kejadian keputihan
Metode Penelitian
Desain penelitia menggunakan cross sectional dengan populasi seluruh siswi kelas X di MA Masyhudiyah Gresik Jawa Timur. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan mengambil semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 64 responden.
Dengan teknik sampling yang digunakan adalah type total sampling dengan kriteria inklusi yaitu : siswi remaja kelas X, bersedia menjadi responden, sudah menstruasi. Dan sebagai kriteria eksklusi
adalah : siswi remaja yang sedang mendapatkan terapi antibiotik, sedang sakit keras. Pengumpulan data yang dgunakan dengan metode pengisian kuesioner yang ditunjang dengan anamnesa secara langsung.
4.
Hasil diskusi yang disesuaikan dengan teori
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
·      Hasil penelitian dengan 64 responden menunjukkan 62,5% responden mengalami kejadian keputihan dan terdapat 56,2% responden memiliki kebiasaan mengeringkan genitalia yang baik. Hasil analisis data dengan uji chi-square antara dua variabel tersebut terapat nilai signifikansi (p=0,037) dan nilai koefisien kontingensi =0,281 (nilai p=0,019) berarti adanya hubungan yang signifikan dengan kekuatan hubungan rendah
antara kebiasan mengeringkan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi remaja di MA Masyhudiyah Gresik Jawa Timur.
5.
Strategi yang dilakukan
Untuk mengurangi angka kejadian keputihan pada siswi remaja, maka sangat diperlukan edukasi mengenai keputihan dan kebiasaan mengeringkan genitalia yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu membaca buku, internet, siaran televisi atau mengikuti seminar mengenai kesehatan reproduksi terutama keputihan.
6.
Kesimpulan
Kebiasaan mengeringkan genitalia yang baik dapat mencegah kejadian keputihan. Adapun indikator yaitu frekuensi ganti celana dalam kurang dari 2x sehari, pemilihan bahan celana dalam selain katun, penggunaan celana (dalam atau luaran) yang ketat, serta kebiasaan tidak mengusap genitalia menggunakan tisu, handuk, dan semacamnya setelah BAB dan BAK merupakan salah satu penyebab keputihan.



Analisis Jurnal III

No
Keterangan
Pembahasan
1
Topik
Pengaruh Massase Lumbal Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Kala I Fase aktif
Peneliti : Vitri Verin dan Laily monica Tahun 2015
2.
Gambaran umum kasus
Terjadinya stress dalam persalinan timbul rasa nyeri saat persalinan ,ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami seseorang. Perlakuan massase lumbal akan mengurangi intensitas
nyeri persalinan karena dapat membantu ibu merasa lebih    segar,rileks dan nyaman.
3.
Identifikasi data
Latar belakang :
·   Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologi yang secara umum dialami oleh hampir semua ibu bersalin.penanganan nyeri persalinan merupakan hal yang sangat penting.
·   Nyeri akan berdampak pada peningkatan aktifitas system saraf simpatik yang dapat mengakibatkan gerakan tangan dan ketegangan otot akibat rasa cemas dan rasa.takut dapat memperberat persepsi ibu terhadap nyeri selama persalinan. Stress merupakan salah satu penyebab terjadi partus lama.
·   Salah satunya dengan tekhnik non farmakologi dan tekhnik massase perlu diperkenalkan sebagai salah satu metode non farmakologi baru untuk mengurangi nyeri saat persalinan
Tujuan penelitian :
Menganalisis adanya pengaruh massase lumbal terhadap nyeri persalinan.
Metode Penelitian
Design penelitian ini menggunakan pre eksperimental design dengan rancangan one group pratest-pos test design. Populasinya
adalah ibu bersalin kala 1 fase aktif di wilayah Puskesmas Slumbung Kecamatan Gandusari Kab.Blitar. Uji statistik ini menggunakan wilcoxon.
Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Sampel penelitian ini adalah ibu bersalin sebanyak 8 ibu di Puskesmas Slumbung Kec. Gandusari Kab.Blitar. Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah check-list sebagai SOP dan lembar observasi untuk mengetahui pengaruh intervensi yang dilakukun
4.
Hasil diskusi yang disesuaikan dengan teori
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
·      Hasil penelitian dengan uji statistk wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nyeri pada ibu bersalin yang tidak berikan massase lumbal dengan skala nyeri sebesar 87,5% dan yang diberikan massase lumbal dengan skala nyeri sebesar 75%. Didapatkan p = 0,008  < a = 0,05 yang berarti menunjukkan adanya pengaruh perlakuan massase lumbal terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif.
·      Beberapa hal yang dapat menyebabkan nyeri persalinan pada skala berat ini adalah kondisi fisiologi, kondisi psikologis dan tenaga kesehatan.
·      Faktor fisiologi yang dimaksud adalah kontraksi. Gerakan
otot ini menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otototot rahim memanjang dan kemudian memendek. Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa
nyeri ini. Setiap ibu mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan dan melahirkan. Hal ini karena ambang batas rangsang nyeri setiap orang berlainan dan subyektif sekali. (Andarmoyo, 2013). Faktor tenaga kesehatan yang kurang memahami prosedur persalinan dan kurangnya sarana prasarana dalam persalinan juga dapat mempengaruhi intensitas nyeri persalinan.
·      Massase lumbal adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak biasanya otot tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan. Posisi sendiri untuk meredakan nyeri
menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2003). Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorphin
yang merupakan pereda sakit alami.
5.
Strategi yang dilakukan
·   Salah satu fakktor yang berpengaruh terhadap nyeri persalinan yaitu faktor tenaga kesehatan yang kurang memahami prosedur persalinan dan kurangnya sarana prasarana dalam persalinan juga dapat mempengaruhi intensitas nyeri persalinan. Tenaga kesehatan harus mampu memberikan komunikasi dan pelayanan yang baik kepada ibu saat persalinan berlangsung. Selain itu, tingkat nyeri selama persalinan dapat meningkat jika wanita tersebut gelisah dan takut serta pengetahuan tentang proses persalinan sedikit.
·   Adapun tekanan yang diberikan pada massase lumbal tergantung pada tingkat kenyamanan ibu, yang dapat diharapkan untuk
mengubah tingkat nyeri, seiring dengan kemajuan proses persalinan. Massase akan menimbulkan suatu pengaruh fisiologis dan mekanis yaitu mendatangkan suatu relaksasi atau rasa sakit yang berkurang akibat adanya pembengkakan (haematome). Selain itu massase juga menimbulkan pengaruh secara psikologi yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri atau
self confidence.
6.
Kesimpulan
Ada pengaruh perlakuan massase lumbal terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif. Keluarga dapat memberikan pendampingan kepada ibu saat persalinan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada ibu sehingga rasa nyeri dapat berkurang.


Comments

Popular posts from this blog

Talk Less Do More

Makalah Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas