Saat Impian dipukul Mundur

 "Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah..."

[Qs. Ali- Imran : 159]

Impian dan Keputusan

Akan banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita. Ada yang dahulu mungkin bermimpi menjadi seorang pegawai, kini malah diarahkan menuju pintu-pintu untuk memulai bisnis. Atau malah sebaliknya, ada yang dahulu bermimpi menjadi pembisnis, tetapi kini malah terjebak dalam lingkaran pekerjaan kantor yang tiada henti. Dan masih banyak mimpi-mimpi yang terkadang tidak sesuai dan harus terpukul dan dihantam untuk berhenti. 

Ketika dihadapkan pada serangkaian pilihan yang membuat kita terus bertanya-tanya? Mengapa ini terjadi? Mengapa harus memilih ini? Dan mengapa impian ku harus terhenti? Dan banyak hal yang membingungkan.

Mana keputusan yang benar? Mana keputusan yang tepat? Dan "Aku takut menyesal" sering kali kita berucap demikian.

Ternyata, tidak ada keputusan yang seratus persen benar. Awalnya semua keputusan adalah bergantung pada sikap kita terhadap resiko yang ada didalamnya. 

Terkadang kita adalah makhluk yang aneh, mau mengambil sebuah keputusan tapi tak mau mengambil resikonya. Dan jelas itu adalah ketidakmungkinan, maka hanya orang yang berani membesarkan hatinyalah yang mampu menjalani setiap keputusan. Walaupun harus menumpahkan banyak air mata walaupun harus terus berusaha menerima.

Karena terkadang ketika kita melepaskan sesuatu bukan karena kita lemah atau ingin menyerah, tapi karena memang ada hal yang jauh lebih besar dari impian kita sendiri. Bisa itu keluarga, kerabat, atau alasan yang menjadi rahasia bagi diri kita sendiri.

Harus kita sadari, ternyata kebahagiaan hidup bukan hanya tentang semua keinginan kita terpenuhi, tetapi juga tentang seberapa besar penerimaan diri atas segala takdir yang harus dijalani. Bila mampu mengambil konsekuensi untuk terus melanjutkan mimpi, maka lakukan. Bila tak mampu, maka ridhalah pada ketetapan Allah. Karena itulah sumber kelapangan hati, kebahagiaan yang sejati.

Maka prinsip-prinsip semacam ini, menuntun kita untuk menghargai setiap pilihan yang dibuat oleh orang lain. Karena kita tidak pernah tahu alasan besar macam apa, sehingga ia berani merelakan impian yang selama ini sangat didambakan terlepas dari genggamannya.

Salah atau tidaknya sebuah keputusan bergantung pada respon kita terhadapnya. Maka pilih lalu jalani sepenuh hati, tanpa keluh tanpa sesal sama sekali. Memilihlah tanpa menyertakan penyesalan didalamnya.

Just Writing to Healing ~

Reference : Meaningful.me, alfialghazi, 

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Tentang Macam-macam Klien dalam Asuhan Kebidanan.

Menjaga Amanah