Derajat yang Melampaui Malaikat

Manusia bukanlah malaikat yang luput dari silap dan khilaf. Manusia adalah makhluk yang dinamis, didalam dirinya bersemayam dua potensi yang acap kali tarik menarik. Potensi ilahiah (kebaikan) dan potensi syaitaniah (kejahatan). Ketika potensi syaitaniah mengungguli potensi ilahiah, maka disaat itulah kesalahan tercipta. Kesalan yang bisa jadi sadar atau tidak sadar membuat perasaan orang lain terluka. Entah karena penghinaan, penganiayaan atau haknya telah direnggut paksa.

Sebaliknya, bagi orang teraniaya yang menjadi korban dari perbuatan itu, kemudian ternyata mampu memberikan maafnya, maka detik itulah sesungguhnya dimensi ilahiah yang ada dalam dirinya mengatasi dimensi syahitaniah. Menjadikannya manusia mulia, bahkan boleh dikatakan bahwa derajatnya melampaui malaikat. Kemuliaan itu kian menjulang, manakala orang yang disakiti memiliki kesempatan atau kekuasaan untuk melakukan pembalasan, tapi tetap memilih untuk memberikan maafnya.

Itu semua karena perbuatan memaafkan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan banyak orang memilih memendam rasa sakitnya, sambil menanti kesempatan untuk membalas. Bagi mereka, membalas rasa sakit hati akan lebih bermartabat. Kalaulah kesempatan itu tidak kunjung datang, pun mereka lebih memilih untuk menyimpan dan mendekap erat-erat sakit hati itu ketimbang harus memberikan maaf. Walaupun untuk itu merekaharus memikul siksa batin yang berkepanjangan.

Berbeda dengan meminta maaf, seseorang relatif tidak mengalami pergejolakkan batin yang terlalu serius saat melakukannya. Sebab orang yang meminta maaf berangkat dari kesadaran bahwa ia telah melakukan kesalahan dan sudah sepatutnya ia meminta maaf kepada orang yang disakitinya. Sementara itu, yang membuat perbuatan memaafkan lebih berat adala ia tidak mensyaratkan permintaan maaf terlebih dahulu dari pelaku. Ada atau tidak ada pemintaan maaf, yang dibutuhkan adalah keikhlasan, ketulusan dan kelapangan hati untuk melupakan sakit hati yang timbul akibat perbuatan orang lain.

"Forgive and Forget"


Referensi Bedah Buku :
Wardana, Wahyu Kun. (2014). Zoom In, Zoom Out Your Views. Memaknai Peristiwa, Menebar Inspirasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Tentang Macam-macam Klien dalam Asuhan Kebidanan.

Menjaga Amanah