Happiness Success "Part 3 - Tikus dan Coklat"
Habit
Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit (2014) mengatakan bahwakebiasaan bisa muncul di luar kesadaran kita, atau dengan sengaja dirancang. Kebiasaan sering kali terjadi tanpa izin kita, namun bisa dibentuk ulang dengan mengutak-atik bagiannya. Pengaruh kebiasaan dalam membentuk kehidupan kita jauh lebih besar daripada yang kita sadari. Bahkan kebiasaan begitu kuatnya sampai-sampai otak kita terus bergantung kepada kebiasaan tanpa memedulikan segala sesuatu yang lain, termasuk akal sehat.
Demikianlah dahsyatnya kebiasaan.
Kebiasaan bisa menghalangi bekerjanya akal sehat seperti yang dinyatakan oleh
Duhigg. Contoh yang paling nyata adalah perilaku para perokok. Kalai ditanyakan
kepada mereka, apa efek negatif dari merokok, saya yakin mereka akan mampu
menyebutkannya dari A sampai Z. Akal sehat mereka bekerja dengan baik dan tahu
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, impotensi hingga kematian. Tidak hanya
terhadap diri mereka sendiri, tetapi orang-orang disekitar mereka yang notabene
menjadi perokok pasif.
Namun, apakah kemudian mereka lantas
menghentikan kebiasaan merokok? Ya, ada yang berhenti, tapi masih banyak juga
yang tak acuh dan tetap meneruskan kebiasaan itu. Kenapa? Karena merokok sudah
menajdi sebuah kebiasaan. Ia terotomatisasi dalam perilakunya. Dalam alam bawah
sadar mereka sudah terbentuk kebiasaan yang menagih mereka untuk melakukannya
terus menerus. Alhasil, akal sehat hanya bisa tunduk tak berdaya menghadapi
kebiasaan itu.
Sekarang, bayangkanlah jika kita memiliki
banyak kebiasaan positif. Apalagi sebenarnya kita bisa memilih kebiasaan
seperti apa yang ingin kita kembangkan. Maka,akan banyak hal bermakna yang bisa
kita lakukan tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Shalat tepat waktu dan
berjamaah, bahkan di masjid sekalipun, menjadi lebih ringan. Beramal shaleh
atau menolong orang lain yang kurang beruntung sudah menjadi hobi. Berkarya
untuk memberikan yang terbaik dimana pun kita mendapat amanah, sudah menjadi Key Performance
Indicator kita.
Oleh karena itu, memberikan perhatian
terhadap kebiasaan menjadi penting karena kuatnya pengaruh kebiasaan dalam
kehidupan kita sebagaimana diungkapkan oleh Duhigg didepan.Sebuah makalah yang
diterbitkan oleh seorang peneliti dari Duke University tahun 2006 yang
mengungkapkan bahwa 40% lebih tindakan yang dilakukan oleh seseorang setiap
hari bukanlah keputusan sungguhan, melainkan bersumber dari kebiasaan.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana memilih
kebiasaan? Lagi-lagi tujuan memiliki peran penting dalam memilih dan
mengarahkan kebiasaan yang akan dibentuk. Dengan tujuan, kita”dipaksa” untuk
membentuk kebiasaan-kebiasaan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dengan
tujuan, kita memiliki alasan yang kuat untuk membentuk kebiasaan tertentu.
Memang tidak langsung mempengaruhi kebiasaan, tetapi mempengaruhi perilaku (behavior)
terlebih dahulu. Perilaku yang berulang-ulang akan membentuk kebiasaan. Diawali
kognisi seseorang yang masih mampu bekerja dengan baik untuk memilih dan
memilah perilaku seperti apa yang akan dilakukannya. Dalam perkembangannya,
lambat laun perilaku tersebut akan membentuk kebiasaan yang memberikan respon
berdasarkan stimulus dengan pelibatan kognisi dengan kadar yang sangat rendah.
Menarik untuk mengungkapkan kembali
kesimpulan Duhigg terkait penelitian terhadap tikus yang dibuat terbiasa
mencari cokelat didalam lorong otaknya, tikus tersebut dipasangkan sensor di
kepala. Dari hasil observasi awal, ketika tikus baru mulai mencari cokelat yang
diletakkan di ujung kanan dari huruf T, dan saat penutup lorong dibuka dengan
bunyi klik sebagai tanda, terdeteksi gelombang otak yang tinggi. Sebuah
indikasi bahwa tikus itu merasa berada ditempat yang baru dan harus bekerja
keras untuk mendapatkan ganjarannya yaitu cokelat. Tikus terlihat sangat hati-hati
dan harus sering mengendus-endus untuk mendapatkan jalan menuju cokelat.
Demikian aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang hingga menjadi rutinitas
untuk sang tikus.
Semakin sering dilakukan, semakin mudah
dan lebih cepat sang tikus menemukan tempat cokelat itudiletakkan. Dari hasil monitoring gelombang
otaknya, diperoleh hasil yang kontras dari hasil sebelumnya. Gelombang otaknya
menjadi lebih rendah. Indikasi bahwa otaknya tidak lagi bekerja keras untuk
mendapatkan ganjaran. Otomatisasi dalam perilakunya telah terbentuk menjadi
sebuah kebiasaan baru. Dari penelitian tersebut, kemudia Duhigg berpendapat
bahwa kebiasaan terdiri dari 3 (tiga) elemen yaitu tanda, rutinitas dan
ganjaran.
Penelitian tersebut mengukuhkan secara
ilmiah betapa kebiasaan kita butuhkan untuk mencapai tujuan. Karena dengan
membentuk kebiasaan yang relevan dengan penncapaian tujuan, energi yang mesti
dikerahkan akan lebih terkendali dan tidak memberikan beban yang berlebihan
terutama secara psikologis.
Brian Mayne dalam bukunya Goal Mapping : How to
Turn Your Dreams into Realities (2001) mendeskripsikan dengan baik
keterhubungan dalam bentuk siklus dari mulai pikiran, emosi, perilaku,
kebiasaan hingga ujungnya desain kehidupan yang dicapai. Brian mengatakan bahwa
dengan memfokuskan pemikiran pada hal-hal yang positif akan memberikan efek
dengan menciptakan mata rantai reaksi positif (a positive chain
reaction). Pikiran menjadi lebih terinspirasi, emosi menjadi
lebih termotivasi, perilaku lebih memiliki arah, kebiasaan menjadi
memberdayakan dan pada akhirnya kita mendesain hidup kita dengan sebuah
kesadaran penuh.
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiir yang mengubah
diri mereka”
[Qs. Ar-Ra’d : 11]
“Mengambil tanggung
jawab untuk memfokuskan pikiran dan memilih untuk berkonsentrasi pada hal yang
positif akan berdampak pada semua siklus aktualisasi diri dan menciptakan
reaksi berantai yang positif. Pikiran kita menjadi terinspirasi, emosi menjadi
termotivasi, perilaku memiliki tujuan, kebiasaan akan memberdayakan, dan dapat
merancang kehidupan kita secara sadar”
- Brian Mayne -
Referensi Bedah
Buku :
Wardana, Wahyu
Kun. (2014). Zoom In, Zoom Out Your Views. Memaknai Peristiwa, Menebar
Inspirasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Comments
Post a Comment