Final - Bata yang Tersusun

Succes And Happiness

Ketika kita membicarakan tentang kesuksesan dan kebahagiaan, mungkin bagi sebagian orang seakan menyoal sesuatu yang utopis dan sulit dijangkau. Atau menganggap bahwa hanya sebagian orang yang mampu dan memiliki akses mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan. Padahal tidak sedemikian adanya. Siapa pun berhak mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan.

Brian Mayne mengatakan, "kunci keberhasilan pribadi dan jalan menuju kebahagiaan sejati dan abadi adalah belajar mengembangkan kemampuan untuk mengatur dan mempertahankan pemikiran yang positif selarat dengan niatnya. Sehingga kita mampu mengembangkan keinginan sadar, daripada ketakutan bawah sadar kita." Jadi kunci utama mendapatkan jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan yang abadi dimulai dari pikiran yang dilandasi niat mulia.

Dari pikiranlah kita membentuk sebuah desain tentang kesuksesan dan kebahagiaan. Jika yang didesain sebagai kesuksesan adalah upaya terbaik untuk melakukan apapun yang memberikan manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain, berarti setiap capaian dan manfaat bagi orang lain sekecil apapun itu adalah kesuksesan. Konsekuensi logisnya, ketika kita berbuat sesuatu untuk orang lain, kita tidak menuntut diri kita untuk mendapatkan apresiasi dari siapa pun. Apesiasi dari orang lain bukan hal yang mutlak ada yang dapat mempengaruhi motivasi dalam berbuat sesuatu. Kesuksesan tidak  melulu identik dengan karier yang menjulang, kekayaan yang melimpah dan segala sesuatu yang berkonotasi materialisme.

Sebuah novel yang berjudul Summers, 10 Autums yang ditulis oleh Iwan Setyawan atau novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, sesungguhnya kita mendapatkan contoh desain dari sebuah kesuksesan. Novel yang dituturkan dengan apik yang mengambil inspirasi dari kehidupan nyata Iwan Setyawan dan Andrean Hirata. 

Bagaimana ayah dari Iwan Setyawan yang hanya seorang sopir angkot dan ayah Andrea Hirata yang hanya pegawai rendahan di PN Timah memutuskan untuk tetap meyekolahkan anak-anaknya, meski keterbatasan finansial menjadi bagian dari kehidupan mereka. Mengambil keputusan dan memperjuangkan adalah kesuksesan dalam desain yang hakiki.  

Mereka berbuat sesuatu untuk membangun jembatan kesuksesan yang lebih besar yang didedikasikan buat anak-anak mereka kelak. Mereka tidak lagi berorientasi pada diri sendiri. Mereka merasa cukup dengan yang sudah dimiliki sehingga yang diperjuangkan adalaha kesuksesan dan kebahagiaan orang-orang di sekeliling mereka. Saya yakin itulah yang dilakukan oleh para orangtua kita semua.Semoga Allah memuliakan dan merahmati orangtua kita. Aamiin.

Tetapi jika yang dipandang sebagai kesuksesan adalah memiliki karier yang tinggi dan kekayaan yang melimpah, maka itulah kesuksesan yang acap menjebak diri sendiri. Karena ketika diri yang bersangkutan belum menapak pada jabatan tertentu atau mendapatkan harta yang diidam-idamkan, maka selama itu pula ia tidak pernah merasa mengecap kesuksesan. Bahkan ia cenderung mengabaikan pencapaian-pencapaian kecil yang seharusnya dilakukan. Ia lupa bahwa capaian kecil itu ibarat bata yang mesti disusun satu per satu agar terbangun sebuah rumah. 



Dalam bahasa agama, bila kita mampu bersyukur untuk setiap nikmat atau capaian, barulah kita diberi nikmat berikutnya lebih baik dan lebih besar. Karena sejatinya kita sudah memiliki kepantasan diri untuk mendapatkan capaian berikutnya. Begitu pula dengan kebahagiaan. Sepatutnya kesuksesan dan kebahagiaan menjadi sebuah mata uang dengan dua belah sisinya, keduanya saling berjalin. Seharusnya ketika kita meraih kesuksesan, selalu ada kebahagiaan dalam proses mencapai dan mendapatkannya. Kenapa? Karena setiap yang diupayakan bertujuan mulia dan membawa kemanfaatan. Bukankah alasan itulah yang dapat memberikan kebahagiaan yang sebenarnya.


"Tujuan untuk sukses bukan kesempurnaan. Ingat, ketakutan selalu bersembunyi di balik kesempurnaan. Sebaliknya, menghadapi rasa takut dan memiliki hak untuk menjadi manusia biasa membuat kita menjadi orang yang jauh lebih bahagia dan lebih produktif."
[Dr. David Burns]


"Kebahagiaan bukan kebetulan, juga bukan sesuatu yang sekedar kita inginkan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang kita desain."
[Jim Rohn]


Referensi Bedah Buku :
Wardana, Wahyu Kun. (2014). Zoom In, Zoom Out Your Views. Memaknai Peristiwa, Menebar Inspirasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Tentang Macam-macam Klien dalam Asuhan Kebidanan.

Menjaga Amanah