Happiness Success "Part 2 - Goals"

Rasanya tidak satu pun dari aktivitas yang kita lakukan tidak bertujuan. Dari bangun tidur hingga tidur kembali, pasti ada tujuannya. Karena bangun tidur, makan, minum, bekerja, berjalan, berlari, dan sebagainya hingga tidur lagi merupakan tujuan-tujuan keseharian yang kita buat. Ketika kita menuangkan air panas kedalam gelas, sangat jelas kita akan membuat apa, kopi atau teh. Ketika kita memesan makanan di rumah makan, kita menyadari makanan seperti apa yang kita kehendaki. 

Ringkasnya, kita sebenarnya sangat terbiasa membuat tujuan untuk aktivitas keseharian yang sederhana (easy tasks). Tujuan sederhana yang juga hanya membutuhkan upaya (effort) yang ringan untuk mencapainya. Oleh karena itu, Larrie Rouillard dalam bukunya Goals and Goal Setting : Achieveing Measured Objectives (2003), memberikan definisi tujuan secara sederhana, yaitu "a goal is an end toward which you direct specific effort". Jadi, tujuan merupakan hasil akhir dari segala upaya yang secara spesifik diarahkan untuk mencapainya. Jika hasil akhir yang di kehendaki di awal itu tercapai, maka tercapailah tujuan.

Sayangnya, tatkala menyoal pencapaian tujuan yang lebih ideal, mendasar, kompleks, dan berjangka panjang, tidak semua orang seterampil saat mencapai tujuan-tujuan keseharian tadi. Kenapa? Karena tujuan seperti ini menuntut rumusan dan upaya yang jelas, terkait tujuan yang hendak dicapai. Jika kita berharap capaian yang lebih baik dan lebih besar, memiliki tujuan yang jelas, spesifik, dan terukur menjadi sebuah keniscayaan. Agar kita sendiri, selaku pemilik tujuan, tahu apa yang kita mau. Seperti seorang pemanah yang sangat menyadari ke titik mana anak panahnya dibidikkan ketika ia menarik busurnya. Kalkulasi cost and benefit tak bisa dielakkan, juga mesti diperhitungkan dengan cermat dalam perencanaannya. 

Dalam berbagai literatur yang membahas tentang tujuan, sering kali dikutip sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa Harvard Business School tahun 1963. Para ahli behavioural meminta para mahasiswa untuk menuliskan tujuan hidup dan masa depan mereka. Ternyata dari semua mahasiswa itu, hanya 3% yang menuliskan tujuannya.

Setelah 25 tahun kemudian, para ahli tersebut mencoba menghubungi kembali mantan mahasiswa yang mereka teliti untuk mencari tahu bagaimana karier dan kehidupan mereka saat itu. Hasilnya, mahasiswa yang merupakan bagian dari 3% memiliki capaian yang lebih baik daripada mahasiswa lainnya. Mereka lebih bahagia karena mendapatkan karier yang sesuai dengan keinginan mereka, dan lebih unggul dalam kualitas kehidupannya.

Brian Tracy dalam bukunya How to Get Everything You Want : Faster Than You Ever Thought Possible (2010) mengatakan, "Tujuan memberikan rasa pada makna dan arah yang jelas. Ketika kita bergerak menuju tujuan kita, kita akan merasa lebih bahagia dan lebih kuat. Kita akan merasa lebih berenergi dan efektif. Kita akan merasa lebih kompeten dan percaya diri pada diri sendiri dan kemampuan kita. Setiap langkah yang kita ambil untuk menuju tujuan kita akan meningkatkan keyakinan kita bahwa kita dapat menetapkan dan mencapai tujuan yang lebih besar di masa depan". Memiliki tujuan tidak hanya memberikan arah atas apa yang hendak dicapai, tetapi juga menumbuhkan perasaan lebih bahagia dan lebih kuat. Pada akhirnya memiliki keyakinan terhadap tujuan yang aka dicapai menjadi penting. Bahwa tujuan tersebut sangat pantas untuk diperjuangkan.


"Tujuan kita hanya dicapai melalui kendaraan rencana, dimana kita harus  bersungguh-sugguh percaya dan penuh semangat bertindak. Hanya itu rute yang tersedia untuk sukses.
- Pablo Picasso -


Referensi Bedah Buku :

Wardana, Wahyu Kun. (2014). Zoom In, Zoom Out Your Views. Memaknai Peristiwa, Menebar Inspirasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Tentang Macam-macam Klien dalam Asuhan Kebidanan.

Menjaga Amanah