Memaafkan Melapangkan Masa Depan
Bukankah memaafkan adalah suatu hak bukan kewajiban? Hak dalam pengertian karena tersakiti, maka opsi moral untuk memaafkan atau menuntut balas sepenuhnya berada dalam genggaman "korban". Bahkan dengan pendekatan legalistik, "tidak memaafkan" seolah mendapat pengabsahan, sebab setiap kejahatan diancam dengan hukum penjara atau denda.
Namun, dilihat dari perspektif agama terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 134, Allah SWT menegaskan bahwa ciri orang yang bertakwa adalah : "Mereka yang selalu menafkahkan harta, pada saat senang ataupun susah, mereka yang selalu berusaha menahan kemarahan dan memaafkan orang lain".
Ayat tersebut menegaskan bahwa perbuatan memaafkan merupakan ibadah sebagai salah satu ciri orang-orang yang bertakwa. Sehingga sebagai seorang muslim yang berharap ridho Allah, perintah agama tersebut haruslah dijalankan. Allah SWT Maha Pemaaf terhadap hamba-hambanya yang berdosa. Lantas mengapa kita yang pasti luput dari salah dan dosa tidak mencoba memaafkan kesalahan orang lain?
Meskipun saat ini belum ada penelitian yang secara resmi menyimpulkan manfaat dari perbuatan memaafkan, beberapa ahli sosial telah meguantifikasi manfaat dari memaafkan dengan kesimpulan sebagai berikut :
- Mengurangi bahaya penyakit jantung. Pada 2 Januari 1998, ABC News melaporkan: "Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan melupakan setiap kemarahan dan kekesalan dapat mengurangi tingkat keseriusan dari penyakit jantung dan bahkan untuk beberapa kasus tertentu dapat memperpanjang usia penderita kanker".
- Mencegah kejahatan. Pada tahun 1995, sebuah penelitian yang dilakukan oleh The University of Montgomery menganalisis bagaimana keinginan untuk melakukan balas dendam menjadi faktor terjadinya tindak kejahatan. Penelitian ini secara jelas menunjukkan bahwa pendidikan memaafkan dapat memainkan peran penting dalam mengurangi respons untuk melakukan balas dendam yang ujungnya dapat mengarah pada perbuatan kriminal.
- Mengatasi problem rumah tangga. Dr. frederick Blasio dari University of Maryland adalah salah seorang terapis keluarga yang terbilang sukses. Beliau menggunakan terapi memaafkan sebagai alat untuk mendamaikan kembali pasangan suami istri yang tengah menghadapi masalah rumah tangga disaat teknik lain terbukti tidak efektif.
Sebagai catatan penutup, sesungguhnya perbuatan memaafkan itu tidak hanya memiliki nilai ibadah, tetapi juga berimplikasi pada kesehatan psikis dan mendorong lahirnya kedamaian secara sosial. Cara mendidik hati agar mampu memaafkan adalah dengan selalu mengingat kebaikan orang lain, sekecil apapun itu dan melupakan kesalahan orang lain, sebesar apapun itu. Insya Allah hati kita akan lebih damai dan lebih mudah untuk memberikan maaf.
"Memaafkan tidak mengubah masa lalu, tetapi melapangkan masa depan"
Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future
[Paul Boese]
Referensi Bedah Buku :
Wardana, Wahyu Kun. (2014). Zoom In, Zoom Out Your Views. Memaknai Peristiwa, Menebar Inspirasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Comments
Post a Comment