Happiness Success "Part 1 - Mindset"
Bagian ini diawali dengan berbagai kisah yang mengajak kita mengembangkan mindset. Mengapa ini penting? Karena mindset merupakan alat untuk membedah suatu peristiwa dengan sebuah perspektif. Dr. Ibrahim Elfikly, seorang motivator muslim dunia mengatakan bahwa mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali diberbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama." Berdasarkan pengertian itu, mindset merupakan pengulangan pikiran yang tidak mutlak mengikuti kutub tertentu. Mindset bisa positif dan negatif. Tergantung diri kita, pikiran seperti apa yang kita kembangkan.
Kita tidak perlu memperdebatkan mindset mana yang ingin kita kembangkan, positif atau negatif. Wajarnya, pasti mindset positif yang akan dipilih. Menurut saya, kalaulah mindset megatif terbentuk pada diri seseorang, itu dikarenakan yang bersangkutan mengembangkannya secara tidak sadar atau sengaja membiarkan pikiran negatifnya berkembang tanpa dikendalikan. Ibrahim Elfiky menyebutkan bahwa sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran di San Fransisco pada tahun 1986 memberikan hasil kalau lebih dari 80% pikiran manusia bersifat negatif. Hasil penelitian tersebut memperkuat kecenderungan manusia untuk berpikir kearah keburukan.
Karena itu, penting untuk mengembangkan kesadaran agar kita senantiasa berpikir positif. Dari pikiran positif akan terbentuk mindset yang positif pula. Tanpa mengembangkan mindset positif, kita akan kesulitan melihat sisi positif dari sebuah peristiwa. Bagi kita akan sama saja. Peristiwa ya peristiwa. Tidak perlu ada yang dilebih-lebihkan atau diistimewakan. Bahkan kita akan cenderung melihat sisi negatifnya saja. Padahal sebuah ungkapan Arab mengaskan, "likulli syaiin bil hikmah", dibalik sesuatu pasti ada hikmahnya. Marilyan vos Savant, seorang kolumnis Amerika yang pernah tercatat memiliki IQ tertinggi dalam Guiness Book of Record mengatakan, "Guna memperoleh pengetahuan seseorang harus belajar, guna memperoleh kebijaksanaan, seseorang harus mengamati". Dengan mengamati, hikmah akan bisa didapat.
Apa hikmah itu? Bagaimana menginternalisasi hikmah menjadi sebuah kemanfaatan untuk pengembangan diri? Itulah PR besar kita masing-masing. Dan tentunya, kita tidak bisa hanya mengandalkan orang lain untuk melakukan pencarian itu. Kita sendirilah yang harus menemukannya. Mengapa? Karena kita lakon utama dari peristiwa yang kita jalani. Kita yang paling memahami dan merasakan apa yang terjadi. Kita paling berdaulat atas diri kita sendiri tentang apa yang kita pikirkan dan rasakan. Termasuk apa yang ingin kita capai.
Dalam salah satu hadist Qudsi, Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Ana 'inda'abdi dhanni bih", Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba-Ku. Berarti prasangka atau mindset adalah sesuatu yang sangat berharga karena sangat menentukan bagaimana kita saat ini dan kedepannya. Jika persangkaan kita terhadap Allah dipenuhi dengan kesyukuran, apa yang kita jalani akan menjadi kenikmatan. Sebaliknya, jika persangkaan kita terhdap Allah dipenuhi dengan kekufuran atau keburukan, hari-hari yang kita jalani menjelma menjadi penderitaan. Kita diberikan kebebasan untuk memilih (free will). Saya yakin kita semua memilih untuk menjadikan "life is not only beautiful, but also meaningful". Bukankah itu fitrah kita sebagai manusia? Bukankah itu pula yangkita perjuangkan selama ini secara sadar maupun tidak sadar dengan pendidikan yang kita tempuh,pekerjaan yang kita jalani, kehidupan sosial yang kita jalani, dan keluarga yang kita bina? Maka kembangkanlah mindset yang positif.
"Ketika Anda mengubah pola pikir Anda, maka semua yang ada diluar
diri Anda akan berubah seiring dengan perubahan pola pikir itu".
-Steve Maraboli-
ReferensiBedah Buku :
Wardana, Wahyu Kun. (2014). Zoom In, Zoom ut Your Views. Memaknai Peristiwa, Menebar Inspirasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Comments
Post a Comment